Kamis, 28 Desember 2017

Cinta Menguatkan Rupiah #CintaRupiah

Cinta itu ...

Berbicara tentang cinta tidak akan ada habisnya. Begitu kira-kira jawaban tentang cinta bila ditayakan kepada seorang dokter cinta ataupun mereka yang telah mengalami pahit dan manisnya percintaan. Cinta adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada umat manusia. Namun, tak jarang kisah cinta justru berakhir tragis. Bahkan, terkadang cinta pun tidak membutuhkan logika. Mau contoh? Mungkin, kisah cinta pertama umat manusia dimulai dari kisah cinta antara Adam dan Hawa. Adam yang tidak sanggup menolak permohonan Hawa yang telah dibujuk rayuan Setan akhirnya melanggar perjanjian dengan Tuhan untuk  memakan buah Khuldi yang terlarang. Hingga mereka berdua pun diturunkan dari surga ke bumi. Peristiwa tersebut membuktikan betapa kuatnya perasaan cinta untuk mengubah seseorang.

Lain cerita, salah satu kisah cinta yang paling fenomenal di duniaadalah kisah Romeo dan Juliet. Kisah dua sejoli yang berakhir tragis. Romeo dan Juliet menjalankan kisah cinta terlarang dimana hubungan mereka tidak direstui oleh kedua pihak keluarga yang saling berselisih. Juliet yang dijodohkan dengan orang lain memilih untuk meminum obat hingga tubuhnya kaku seperti orang tewas untuk sementara waktu. Romeo yang mengetahui kejadian tersebut akhirnya meminum racun dan tewas di makam Juliet. Juliet yang terbangun melihat Romeo tewas akhirnya bunuh diri dengan meggunakan pisau dihadapan Romeo. Kisah cinta tersebut membuktikan bahwa cinta membutuhkan kejujuran, kepercayaan dan kesetiaan.

Dari kisah cinta dalam negeri yang terkenal, terdapat kisah cinta Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso yang konon telah menaklukan Kerajaan Baka ingin mempersunting Putri dari Prabu Baka yang tersohor kecantikannya, Rara Jonggrang. Lamaran Bandung Bondowoso pun ditolak mentah-mentah oleh Rara Jonggrang, karena ia tidak mau menikahi pembunuh Ayahnya. Namun, Bandung Bondowoso yang terus menerus memohon dan memaksa akhirnya diberi dua syarat yang mustahil diwujudkan. Kedua syarat tersebut adalah membuat sumur Jalatunda dan membuat seribu Candi dalam waktu semalam. Berkat kesaktiannya, konon Bandung Bondowoso berhasil menyelesaikan kedua syarat tersebut. Namun, Putri Rara Jonggrang tetap tidak mau menikahi Bandung Bondowoso. Akhirnya, Rara Jonggrang pun dikutuk oleh Bandung Bondowoso menjadi patung untuk melengkapi 999 Candi yang telah dibuatnya. Kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan dan berakhir tragis. Kisah cinta ini membuktikan bahwa cinta membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Namun di lain sisi, cinta juga tidak dapat kita paksakan karena cinta membutuhkan ketulusan.
                                 
Sama seperti kisah-kisah cinta diatas, rasa cinta kita terhadap tanah air membutuhkan kekuatan cinta yang terdiri dari kesetiaan, kepercayaan, kejujuran, ketulusan, perjuangan, dan bahkan pengorbanan. Semoga saja kisah cinta terhadap tanah air kita tidak bertepuk sebelah tangan.

Lalu, dalam dunia perekonomian pun begitu. Perekonomian juga membutukan begitu banyak perasaan cinta. Tidak percaya?

Ekonomi Juga Butuh Cinta

Romansa perekonomian sebuah negara tidak terlepas dari peran mata uang mereka. Naik dan turun mata uang sebuah negara dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian negara tersebut. Meskipun fundamental makro ekonomi tidak hanya berbicara tentang mata uang saja, tetapi mata uang tetaplah menjadi ujung tombak dalam bertransaksi. Seperti aliran darah yang mengalir di sepanjang tubuh manusia, peran mata uang menjadi sentral dalam aktivitas transaksi sehari-hari.

Dalam sejarahnya, Bangsa Indonesia merupakan Macan Asia yang dihormati Bangsa lain terutama di kawasan Asia-Afrika. Hingga saat ini, Indonesia masih memiliki sikap konsisten yang independen tidak memihak pihak manapun. Dalam era Orde Lama dan Orde Baru, Indonesia pun kerap mencapai  swasembada pangan dan pembangunan yang terus berjalan. Meskipun beberapa kali juga sempat mengalami krisis, tetapi hal tersebut tidak melunturkan reputasi Bangsa Indonesia sebagai Macan Asia. 

Namun, tahun 1997 krisis melanda Benua Asia, terutama di kawasan Asia Tenggara. Indonesia pun menjadi salah satu Negara yang terkena imbas dari krisis tersebut, bahkan menjadi yang terparah. Saat itu, kegaduhan kondisi politik yang mencekam semakin membuat kondisi perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil. Mendengar cerita dari kedua orang tua saya, saat itu kepanikan melanda orang-orang Indonesia. Ketidakpercayaan kepada para pemimpinnya menjadi salah satu penyebab utama terjadinya krisis ekonomi. Kemudian, krisis ekonomi semakin parah saat orang-orang berbondong-bondong menukarkan mata uang Rupiah dengan Dollar Amerika Serikat. Bukannya membantu pemerintah dalam menghadapi krisis, justru ke jadian tersebut semakin memperburuk situasi hingga nilai tukar Rupiah terjun bebas. Kondisi tersebut menyebabkan kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis dan membutuhkan waktu lama untuk pulih. Pembangunan pun terhambat, kemiskinan dan pengangguran merajalela, kejahatan pun semakin banyak terjadi. Untuk yang bertanya-tanya mengapa pembangunan Indonesia baru berlangsung akhir-akhir ini, begitulah jawabannya.

Mungkin, apabila saat itu orang-orang Indonesia memiliki rasa cinta yang lebih terhadap mata uangnya, krisis ekonomi tidak akan berlangsung lama dan parah. Pembangunan Indonesia pun tidak akan tertinggal terlalu jauh dengan negara-negara lain. Entah apa yang ada dipikiran orang-orang waktu itu, mungkin keadaanlah yang mendesak mereka berbondong-bondong menukarkan Rupiahnya dengan Dollar Amerika Serikat. Kondisi perekonomian yang sulit membuat mereka melakukan hal tersebut. Menurut saya, apabila lebih sedikit bersabar dan berkorban menahan rasa sakit untuk tidak menukarkan mata uang Rupiah, bisa saja krisis tidak terjadi terlalu parah dan lama. Karena, cinta memang membutuhkan pengorbanan.

Menurut saya, peristiwa tersebut mengindikasikan bahwa mungkin saja kekuatan cinta dapat menyelamatkan sebuah Bangsa dari guncangan krisis. Jadi, ekonomi pun membutuhkan kekuatan cinta kan? Eh?

Cinta Bisa Menguatkan Rupiah

Yang berlalu biarlah berlalu, dan kita harus move on. Begitu kira-kira cara generasi “kids zaman now” menghadapi getir pahitnya cinta. Agar kejadian krisis ekonomi tidak terjadi seperti itu lagi, maka Gerakan Cinta Rupiah yang dicanangkan oleh Bank Indonesia ini sangatlah penting dan bermanfaat. Saya pribadi mendukung penuh gerakan tersebut, karena Cinta Rupiah harus diperjuangkan bersama-sama oleh seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya karena menuruti kata Undang-Undang saja, tetapi rasa cinta itu harus tulus lahir dari hati nurani setiap orang Indonesia. Setuju? Setuju dong.

Sebenarnya, dalam teori ekonomi yang berbalut rasa cinta, cinta terhadap Rupiah memiliki manfaat yang besar dalam perekonomian, seperti menekan angka inflasi. Rupiah atau mata uang sebuah Negara merupakan komoditas. Komoditas tersebut terpengaruh oleh hukum alam permintaan (demand) dan penawaran (supply). Jika, permintaan terhadap uang Rupiah meningkat, maka nilai tukar atau harga uang Rupiah menjadi tinggi, bisa dikatakan uang Rupiah menguat. Namun, sebaliknya jika permintaan terhadap uang Rupiah rendah, maka nilai tukar atau harga uang Rupiah menjadi rendah, bisa diakatan uang Rupiah melemah. Bila saat ini nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat sangat rendah, artinya permintaan akan Dollar Amerika Serikat di Indonesia sangat tinggi. Banyak orang-orang di Indonesia yang memiliki Dollar Amerika Serikat dalam jumlah besar. Hal ini sebagian besar masih disebabkan oleh dampak dari krisis moneter tahun 1998 yang telah saya sebutkan diatas.

Kalau begitu, jual saja Dollar Amerika Serikat yang kita miliki. Well, kenyataannya tidak semudah seperti membalikan telapak tangan. Apakah kalian memiliki Dollar Amerika Serikat? Saya yakin, mayoritas Generasi Millennials yang membaca pasti tidak memilikinya. Coba tanyakan kepada orang tua kalian, mungkin mereka memilikinya. Memang tidak semudah seperti membalikan telapak tangan untuk membuat nilai tukar Rupiah menjadi lebih kuat.

Meskipun begitu, nilai tukar Rupiah yang rendah ini sangat membantu para pengusaha-pengusaha di Indonesia untuk melakukan ekspor barang ke luar negeri. Harga barang-barang dari Indonesia menjadi jauh lebih murah dibandingkan dari Negara lain. Hal tersebut menjadikan harga barang-barang dari Indonesia menjadi sangat kompetitif. Namun, harga yang terlalu kompetitif tersebut bisa jadi justru merugikan Bangsa Indonesia. Jika, kita dapat menjual 1 barang seharga Rp. 10.000, kenapa kita harus menjualnya seharga Rp. 1.000?

Selain itu, apabila para pengusaha Indonesia tidak lebih produktif dan Bangsa Indonesia lebih banyak melakukan impor, maka akan sangat membebani neraca perdagangan Indonesia itu sendiri. Terlebih lagi, nilai tukar Rupiah yang rendah tentu saja membuat pembayaran utang investasi ke pihak luar negeri menjadi jauh lebih mahal. Well, jika bisa berharap atau pun bermimpi tentu saja saya pribadi lebih menginginkan nilai tukar Rupiah yang lebih kuat. Hal itu tentu saja bukan hal yang mustahil untuk terwujud. Rasa cinta kita terhadap Rupiah tentu saja dapat membantu mewujudkan hal tersebut. Memiliki dan merawat Rupiah adalah salah satu langkah nyata untuk mewujudkannya secara bersama-sama.

Tunjukan Rasa Cintamu Pada Rupiah

Ibarat nasi yang telah berubah menjadi bubur, tak ada hal yang perlu disesalkan. Kini, dengan bubur tersebut kita masih dapat mengolahnya menjadi santapan lezat dengan beberapa tambahan bahan makanan. Bahkan, mungkin saja membuat kita menjadi penjual bubur yang bisa naik Haji.

Nah, sebagai generasi millennials, kita tidak perlu berlarut dalam kesedihan di masa lalu. Cukup menjadikan hal tersebut sebagai pembelajaran untuk masa depan yang lebih baik. Selain itu, kita juga dapat menunjukan rasa cinta kepada Rupiah dengan cara-cara yang sederhana. Menurut Bank Indonesia, kita harus memperlakukan Rupiah dengan 5 Jangan, yaitu: Jangan Dilipat, Jangan Dicoret, Jangan Distepler, Jangan Diremas, dan Jangan Dibasahi.

Sehingga, wujud atau tindakan nyata yang sederhana dari 5 Jangan tersebut salah satunya adalah:

Pertama, jangan biasakan menyimpan uang fisik di saku celana atau kantong baju. Hal tersebut sangat berpotensi untuk terlipat dan teremasnya uang. Biasakan saja menyimpan uang di dompet yang layak.

Kedua, miliki atau gunakanlah dompet yang berukuran sesuai dengan ukuran uang. Jangan menggunakan dompet berukuran minimalis. Hal tersebut sederhana, tetapi sulit untuk dilakukan, terutama oleh kaum pria. Rata-rata desain dompet, terutama kaum pria adalah yang dapat dilipat. Otomatis uang pun secara natural ikut terlipat. Sebaiknya mulai sekarang kita sama-sama mencari dompet yang lebih  berukuran besar dan tidak berbentuk lipatan.

Ketiga, biasakan bertransaksi secara non-cash. Jika, merasa kesulitan dan ribet membawa dompet berukuran besar. Maka memang sebaiknya kita harus membiasakan diri untuk bertransaksi menggunakan uang non-tunai. Selain memudahkan, tentu saja kita dapat memperoleh keuntungan lain dari program-program non-tunai tersebut.

Keempat, menabung atau menyimpan uang di Bank. Meski sudah jarang terdapat orang yang melakukan proses menabung menggunakan celengan ayam, dibawah kasur, atau pun diselipkan di peci. Namun, percayalah beberapa orang di Indonesia masih ada yang melakukannya. Sebagai Generasi Millennials, kita ajak juga sanak saudara atau kerabat untuk menabung dan menyimpan uang di Bank.

Kelima, Hargai uang rupiah berapa pun nilainya. Uang koin yang bernilai rendah seringkali tak dihiraukan kehadirannya. Padahal, mungkin saja uang yang nilainya tak seberapa tersebut masih sangat dibutuhkan oleh orang lain.

Keenam, peka terhadap uang palsu. Hal ini adalah sala satu langkah yang cukup sulit dilakukan. Sebagai warga negara yang baik, kita harus mengenali Rupiah yang kita gunakan dengan benar. Bank Indonesia pun memberikan tips untuk mengenali Uang Rupiah dengan baik dan benar, yaitu dengan metode 3D (dilihat, diraba, dan diterawang).

Akhirnya, perasaan cinta terhadap Uang Rupiah akan  tersebut akan dikembalikan kepada pribadi individu masing-masing. Apakah perasaan cinta tersebut hanya cinta sesaat atau cinta yang tulus berasal dari hati. Satu hal terpenting adalah Uang Rupiah kita merupakan perwujudan persatuan moneter Republik Indonesia. Uang Rupiah memiliki sejarah panjang yang telah dilalui hingga dapat beredar dengan layak seperti sekarang. Uang Rupiah telah hadir lintas generasi dan tumbuh sebagai identitas Bangsa Indonesia. Dalam sejarahnya, Uang Rupiah telah mengalami banyak tantangan dan cobaan, setelah menggantikan uang sebelumnya yang beredar seperti Uang Republik Indoensia Serikat, Oeang Republik Indonesia (ORI), uang pada masa penjajahan, hingga uang-uang yang berbeda-beda jenisnya pada Zaman Kerjaan. Untuk informasi mengenai sejarah lengkap Uang Rupiah, kita dapat mengunjungi Museum Bank Indonesia. Disana merupakan tempat yang cocok untuk berekreasi sekaligus tempat yang mengedukasi.



Alhasil, kisah-kisah cinta yang Best Seller memang lebih banyak kisah cinta yang berakhir tragis. Namun, hal tersebut terjadi untuk memuaskan penonton dan hanya fiktif belaka. Sedangkan kita hidup dalam dunia nyata. Semoga saja kisah cinta kita terhadap Rupiah tidak beraakhir tragis seperti kisah-kisah fiktif. Oleh karena itu, mari kita dukung Gerakan Cinta Rupiah ini. Kita wujudkan dengan langkah-langkah sederhana yang nyata. Karena. cinta Rupiah bukan karena menuruti kata Undang-Undang saja, tetapi harus lahir dari ketulusan hati. Cinta tulus dan suci adalah cinta yang akan abadi dalam bautan komitmen. Selain itu, mencintai Rupiah adalah salah satu wujud menghargai para pahlawan yang telah berjasa mendirikan Republik Indonesia. Sebagai generasi penerus, sudah sepatutnya kita mengisi kemerdekaan dengan mencintai Uang Rupiah kan?

#CintaRupiah 
#GenerasiCintaRupiah

Tidak ada komentar: